Cerita Si Awam

Lahirlah dia digedung pencakar langit,
ditengah ‘tau sogi’
namun, terlempar jua.

Kini…
Kumis tebalnya menyapu dinding kota,
para teknokrat berbaris gagah
menjulurkan lidah
pada si Awam.

Negeri ini demokratis
Kita harus merdeka
Kembangkan spanduk-spanduk
Hrk…hrk…
Turunkan harga…katanya.
Suaranya habis sendiri,

Pamongpraja menyumbat tangannya
Masuklah dia di jeruji besi.

Kasiham Si Awam
Sungguh, Si Awam kasihan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf

Antara Ibu dan Pengantinku

Mengangkat Periode Sastra 50-an