Teori Stuktural
BAB I
PENDAHULUA N
A. LATAR BELAKANG
Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek, 1977: 15), sedangkan Sumardjo (1991: 3) berpendapat bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Ukuran pendek di sini diartikan sebagai dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam. Dan dikatakan pendek juga karena genre ini hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot, dan setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks (Sumardjo, 1991: 30).
Pemahaman terhadap karya sastra tidaklah mudah sehingga karya sastra perlu dianalisis dengan metode dan cara-cara tertentu.
Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Ukuran pendek di sini diartikan sebagai dapat dibaca sekali duduk dalam waktu kurang dari satu jam. Dan dikatakan pendek juga karena genre ini hanya mempunyai efek tunggal, karakter, plot, dan setting yang terbatas, tidak beragam, dan tidak kompleks (Sumardjo, 1991: 30).
Pemahaman terhadap karya sastra tidaklah mudah sehingga karya sastra perlu dianalisis dengan metode dan cara-cara tertentu.
Teori struktural adalah suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya (Sangidu, 2005:16).
Untuk membuat suatu karya sastra diperlukan landasan atau teori yang kuat dalam pembahasannya. Maka dalam makalah ini akan disajikan bagaimana penggunaan structural dalam sebuah karya sastra.
B. PERMASALAHAN
Berdasarkan Latar belakang tersebut maka timbul pertanyaan:
1. Apa itu teori structural?
2. Bagimana pentingnya teori stuktural dalam sebuah karya sastra?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Teori Stuktural
Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta . Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.
Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terobservasi. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam.
Struktur adalah bagaimana bagian-bagian dari sesuatu berhubungan satu dengan lain atau bagaimana sesuatu tersebut disatukan. Struktur adalah sifat fundamental bagi setiap sistem. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas subjektif, karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya dan hubungan mereka. Karenanya, identifikasi kognitif suatu struktur berorientasi tujuan dan tergantung pada pengetahuan yang ada.
Menurut Prof. Benny H. Hoed, struktur adalah bangun (teoritis) yang terdiri atas unsur-unsur yang berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan. Struktur ada struktur atas, struktur bawah. Struktur mempunyai sifat: Totalitas, Transformatif, Otoregulatif.
Studi (kajian) sastra struktural tidak memperlakukan sebuah karya sastra tertentu sebagai objek kajiannya. Yang menjadi objek kajiannya adalah sistem sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur hubungan berbagai unsur dalam teks sastra sehingga unsur-unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh.
Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu, namun studi sastra struktural beranggapan bahwa konvensi tersebut dapat dilacak dan dideskripsikan dari analisis struktur teks sastra itu sendiri secara otonom, terpisah dari pengarang ataupun realitas sosial. Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.
Selama lebih dari tiga dekade terakhir, terhitung sejak 1970-an ketika diperkenalkan oleh A. Teeuw, teori sastra struktural boleh dikatakan mendomninasi dunia akademik kita. Kendati buku-buku yang membahas teori dan metode struktural secara aplikatif sangat jarang ditemukan.
Buku-buku teori sastra struktural yang pernah ada kebanyakan berupa pengantar atau tinjauan umum. Akibatnya, banyak mahasiswa sastra dan para pemula dalam dunia penelitian sastra yang menemui kesulitan ketika harus melakukan kajian ilmiah, terutama dalam menerapkan teori tersebut.
Hal ini diperparah lagi dengan banyaknya ragam, variasi, dan tafsiran tentang strukturalisme. Dan, “pederitaan” itupun semakin lengkap ketika post-strukturalisme masuk ke Indonesia pada 1990-an dan “memberantakkan” bangunan pemikiran yang belum tertata rapi. Buku Saussure untuk Sastra: Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural ini merupakan sebuah upaya membangun titian metodis dalam kritik sasta (struktural) di tengah keruwetan teoritik semacam itu.
Dengan mengambil inspirasi secara langsung dari teori linguistik Ferdinand de Saussure yang merupakan cikal bakal strukturalisme, metode kritik sastra yang ditawarkan buku ini diharapkan akan benar-benar memperlihatkan keistimeaan pemikiran struktural yang memang telah memberikan sumbangan besar dalam hal metode penafsiran kebudayaan.
Teori resepsi pembaca berusaha mengkaji hubungan karya sastra dengan resepsi (penerimaan) pembaca. Dalam pandangan teori ini, makna sebuah karya sastra tidak dapat dipahami melalui teks sastra itu sendiri, melainkan hanya dapat dipahami dalam konteks pemberian makna yang dilakukan oleh pembaca. Dengan kata lain, makna karya sastra hanya dapat dipahami dengan melihat dampaknya terhadap pembaca.
Karya sastra sebagai dampak yang terjadi pada pembaca inilah yang terkandung dalam pengertian konkretisasi, yaitu pemaknaan yang diberikan oleh pembaca terhadap teks sastra dengan cara melengkapi teks itu dengan pikirannya sendiri.
Tentu saja pembaca tidak dapat melakukan konkretisasi sebebas yang dia kira karena sebenarnya konkretisasi yang dia lakukan tetap berada dalam batas horizon harapannya, yaitu seperangkat anggapan bersama tentang sastra yang dimiliki oleh generasi pembaca tertentu. Horizon harapan pembaca itu ditentukan oleh tiga hal, yaitu;
1. Kaidah yang terkandung dalam teks-teks sastra itu sendiri,
2. Pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan berbagai teks sastra, dan
3. Kemampuan pembaca menghubungkan karya sastra dengan kehidupan nyata.
Butir ketiga ini ditentukan pula oleh sifat indeterminasi teks sastra, yaitu kesenjangan yang dimiliki teks sastra terhadap kehidupan real.
2. Pentingnya Teori Stuktural dalam Karya Sastra
Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Sehingga karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik dan saling menentukan. Struktur memiliki tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transformasi dan ide pengaturan diri sendiri (Hawkes, 1978: 16). Pertama, struktur itu merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Kedua, struktur itu berisi gagasan tranformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis.
Struktur itu mampu melakukan prosedur transformasional, dalam arti bahan-bahan baru diproses dengan prosedur dan melalui prosedur itu. Ketiga, struktur itu mengatur diri sendiri, dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan dari luar dirinya untuk mensahkan prosedur transformasinya. Setiap unsur mempunyai fungsi tertentu berdasarkan aturan dalam struktur itu. Setiap unsur mempunyai fungsi berdasarkan letaknya.
Menurut pikiran strukturalisme, dunia karya sastra merupakan susunan hubungan daripada benda-benda. Sebuah struktur dapat dipahami makna keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling hubungan di antaranya dengan keseluruhannya. Unsur-unsur karya sebagai bagian dari struktur tidak mempunyai makna sendiri. Makna ditentukan oleh hubungannya dengan unsur-unsur lainnya dangan keseluruhan(Hawkes, 1978: 17-18).
Analisis struktural sajak adalah analisis sajak ke dalam unsur-unsurnya dan fungsinya bahwa setiap unsur itu mempunyai makna hanya dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya, bahkan juga berdasarkan tempatnya dalam struktur.
Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Untuk memahami, karya harus dianalisis (Hill, 1966: 6). Dalam analisis itu, karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami.
T.S. Eliot (via Sansom, 1960: 155) mengemukakan bahwa bila kritikus terlalu memecah-mecah sajak dan tidak mengambil sikap yang dimaksudkan penyairnya, maka kritikus cenderung mengosongkan arti sajak. Antara unsur-unsur struktur sajak itu ada koherensi atau pertautan erat, unsur-unsur itu tidak otonam, melainkan merupakan bagian dari situasi yang rumit dan hubungannya dengan bagian lain, unsur-unsur itu mendapatkan artinya (Culler, 1977:170-1). Jadi, untuk memahami sajak haruslah diperhatikan jalinan atau pertautan unsur-unsurnya sebagai bagian dari keseluruhan.
Sebelum menghasilkan sebuah karya sastra, maka diperlukan kajian stuktur pada karya tersebut agar lebih jelas arah dan tujuannya. Baik puisi, cerpen, novel, dsb. Contohnya pada novel ‘Berjuang’.
Untuk menganalisis novel tersebut, peneliti terlebih dulu menganalisis secara struktural. Dalam hal ini peneliti menganalisis unsur intrinsik yang dominan. Setelah itu peneliti menganalisis secara pragmatis.
Analisis Struktur Novel Berjuang
Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori pendekatan terhadap teks-teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Strukturalisme sastra memberi keluasan kepada peneliti sastra menetapkan komponen mana yang akan mendapat prioritas signifikasi (Yoseph Yapi Taum, 1997 :39).
Dalam novel Berjuang , unsur struktur yang dominan adalah Tokoh dan Penokohan. Niko Silvester dan Rafa Alexander (2004 : 12) mengartikan tokoh sebagai orang-orang dalam cerita. Penokohan diartikan sebagai pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2000 : 165).
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Berdasarkan pengertiannya, teori stuktural ialah Sajak (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Sehingga karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik dan saling menentukan.
2. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Untuk memahami, karya harus dianalisis (Hill, 1966: 6). Dalam analisis itu, karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya. Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami.
B. SARAN
Semoga makalah ini bisa memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca. Sebaiknya pembaca lebih menganilis isi makalah ini kemudian mencari refrensi lain untuk memperjelas, jika ada yang kurang di mengerti.
Daftar Pustaka
http://adiel87.blogspot.com/2009/01/analisis-struktural.html
http://sastraindonesia.ohlog.com/makalah-sastra-indonesia.oh32592.html
Komentar
Posting Komentar