Sajak-sajak Tinta Merah Jambu

Ingat Alam

Alun-alun ilalang menggema sayu
terhempas dari empat mata angin
bernyanyi nan tentram
untuk,
menghangatkan tubuh,
melegahkan hawa.

Namun,
Kelam alam menghujam.
Bingun rasanya, maju atau mundur?

Pemberontak merajuk nafsu,
tangan mulai mengais-ngais rumput
lalu, menebas sebilah tajam
sampai pertumpahan darah melakon.

Akh, bangun…bangun…
buat apa tancapkan pedang Saudara-Saudaraku!
kita hidup satu tanah
ciptaan Tuhan.

Hembuskan suara bijakmu,
salinglah mengendor kepalan tangan
demi memanjangkan ari-ari anak kita!

Muda dunia karena kau memudakan
Tua dunia karena kau mentuakan
Ingat, alam ini di tangan Makhluk-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Maaf

Antara Ibu dan Pengantinku

Mengangkat Periode Sastra 50-an