Adamku


Suaranya agak parau, juga terkadang tenggelam karena jaringan telepon genggamku agak terganggu. Malam itu, 4 Januari 2011 dini hari. Saat semua orang di samping kamarku terlelap dengan mimpinya. Aku sesak dengan tingkahnya beberapa minggu belakangan. Dia begitu memperhatikannku. Bukan sekedar perhatian, tapi perlindungan, simpati, bahkan tingkah sayang darinya membuatku bingung bahkan GR. Maka aku nekatku bertanya malam itu, lebih lagi perhatian sahabat-sahabatku padaku. Mereka bertanya tetang aku dan dia. Tapi sungguh diriku tak bermaksud mendesaknya.
Akhirnya, via telepon genggam dia bercerita panjang lebar tetang setahun belakangan. Tentang tindakannya padaku setahun terakhir. Aku pun mencoba mereview kembali setiap moment dari mulutnya itu.
Ujungnya, malam itu dia menjadi Adamku.
"Kalau pacaran membawa kita ke arah sana terserah kamu, mau jalan atau tidak. Saya sudah biasa bersabar setahun ini, bukannya pasrah, cuma saya percaya dengan takdir,"
" Maukah kamu seperti Habibie dan Ainun. Saya Habibie dan Kau Ainunya," ucapnya
^_^
"Saya akan berusaha, saya mau jadi Ainunmu," jawabku.
(Aku menerimamu karena Allah, Aku tidak menuntutmu seperti Fahri karena akupun bukan Aisyah. Atau memaksamu seperi Syamsul Hadi karena Sisi ataupun Silvi masih jauh dari diriku. Iman, kesalehan dan kecantikannya. Tapi marilah kita jalan karena Allah. Lebih dekat dengan-Nya, agar Aku, kamu adalah kita berada dalam ridho-Nya)
Untukmu...untukkuu...untuk kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antara Ibu dan Pengantinku

Sisi Feminis Alwy Rachman

Maaf